Minggu, 17 Juni 2012
Tumbuh Bersama Dalam Hubungan
Suatu hubungan bukan merupakan permainan kepentingan, dan juga bukan merupakan suatu keadaan yang membuat kita merasa “terpaksa” menjalani hubungan itu, hubungan yang baik adalah tatkala kita mampu menjadikan hubungan itu suatu takdir. Hal terpenting dalam suatu hubungan adalah kesadaran bahwa kita tumbuh bersama. Kita harus sadar bahwa mungkin saja esok hari kita berhadapan dengan orang yang berubah. Dan tidak mungkin semua sesuatu itu berjalan tanpa ada perubahan. Perlu adanya suatu kesadaran, kesadaran bahwa kita tumbuh bersama, berubah bersama.
Pendewasaan dalam suatu hubungan memang diperlukan tapi jauh lebih penting adalah Komitmen dan Kesetiaan. Tanpa dua hal tersebut suatu hubungan tidak akan berjalan lama, komitmen adalah suatu keikhlasan dan tujuan yang tergambar di dalam pikiran atas suatu hubungan sementara kesetiaan adalah suatu sikap untuk tidak memperdulikan apapun namun dengan keyakinannya akan kesetiaannya tersebut ia bisa mengubah hubungan menjadi satu hal yang indah, karena kesetiaan itu adalah pengorbanan. Orang yang tidak setia dan mudah tergoda untuk mencobai alternatif seumur hidup akan melalui kehidupan yang sengsara karena perkawinan, pernikahannya menjadi kehidupan yang buruk soal ini sudahlah banyak contoh di depan mata kita.
Lalu bagaimanakah kesetiaan itu dihasilkan? Kesetiaan bukanlah definisi, tapi soal menjalani sesuatu, kesetiaan yang benar akan melihat bahwa suatu hubungan adalah persoalan membangun keseharian, ia tidak akan pernah luntur walaupun godaan menjadi pertempuran di ladang hangat, justru dengan pengorbanannya wanita akan menemukan kemuliaan hidup. Wanita yang hanya memburu kepentingannya justru kerap terjebak pada kesendirian. Carilah dilingkungan anda, banyak sekali kita menemukan hal ini.
Sabtu, 16 Juni 2012
Isra' Mi'raj merupakan peristiwa di mana Nabi Muhammad Saw,
dalam suatu malam melaksanakan perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsa. Dengan bimbingan malaikat Jibril, beliau mendapatkan
gambaran tentang tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Peristiwa itu tentu
tidak akan dilupakan oleh kaum muslimin, karena perintah sholat lima
waktu sehari semalam diberikan oleh Allah saat Isra' dan Mi'raj.
Kamis, 14 Juni 2012
Selamat Pagi
Kurasakan hangat indahnya sang mentari
membangunkanku dari tidur yang lelap ini
Sinarmu yang terang mulai memasuki mata
dan mengusirku dari alam mimpi
Dan kini kubergegas tuk segera siapkan diriku
tuk mulai menjalani hari ini
Tak sabar ku temui seluruh sahabat yang tersenyum
menyambut datangnya pagi ini
Dan kukatakan..
Selamat pagi kawan,,,
Senin, 11 Juni 2012
Pandangan Buya Hamka tentang Akal dan Tanda Orang Berakal
AKAL
Apakah yang dikatakan akal? ‘Aqal diambil dari kata aslinya yang artinya, ikatan. Nama ini telah cocok betul dengan pengambilan, karena ibarat tali mengikat unta, maka akal itu mengikat manusia. Dalam pepatah Melayu pun telah ada: “Mengikat binatang dengan tali, mengikat manusia dengan akalnya.”
Jadi sebagaimana tali mengikat unta supaya jangan lari, akal manusia mengikatnya pula supaya jangan lepas lelas saja mengikuti hawa nafsunya.
Amir bin Abdul Kudus berkata :
Pada istilah, artinya makna yang dimaksud dengan akal setelah dipindahkan daripada maknanya yang asli menurut bahasa itu, ialah “Pengetahuan akan perkara yang mesti diketahui.” Dia pun terbagi dua, pertama yang didapat dengan panca indera, yang kedua permulaannya dalam diri.
Yang didapat dengan pendapatan (pengetahuan yang didapat melalui) panca indera ialah seumpama bentuk yang terlihat dengan mata, sehingga dapat ditentukan merah atau putihnya, besar atau kecilnya. Atau suara yang didengar oleh telinga, sehingga dapat ditentukan merdu atau badaknya, jauh atau hampirnya. Demikian juga perasaan lidah asin manis atau asamnya. Atau bau yang didapat, harum atau busuknya. Perasaan kulit, kesat atau lunaknya.
Adapun akal yang permulaannya dari dalam diri sendiri itu, adalah seumpama pendapat bahwa suatu perkara ada atau tidak ada, atau suatu benda qadim atau hadis, bahwasanya gerak dan diam tidak bisa berkumpul atau satu itu kurang dari dua. Hal yang begini tidaklah akan sunyi daripada orang yang berakal. Asal saja sudah tahu dia hal yang mesti-mesti itu (dharuri) sudah boleh dia dinamakan sempurna akal.
Makna demikian tidaklah kesalahan dengan ilmu modern. Akal dengan ilmu itu satu adanya. Karena menurut pengetahuan akal itu kumpulan daripada pendapatan (pengetahuan yang diperoleh) panca indra, kemauan (iradah) dan pikiran.
Ada juga yang mengatakan bahwa akal itu pendapat yang diusahakan, yang menyebabkan manusia dapat mengatur pekerjaannya dengan beres dan mengetahui akibat atau laba dan ruginya.
Suatu kaum pula berkata, bahwa dengan begitu saja belumlah dapat dia dihitung seorang berakal. Orang yang berakal ialah orang cerdik cendikia, arif bijaksana, tahu meagak- meagihkan (mempertimbangkan). Seorang Hukama berkata:
“Penderitaan menyebabkan putih rambutnya yang hitam, pengalaman membasuh jantungnya, kejadian selalu hari yang dilihat didengarnya memupuk jiwanya (peristiwa-peristiwa yang dialami tidak dibiarkan berlalu saja, tapi dicari hikmahnya). Karena percobaannya (pengalaman pahit/cobaaan hidup), kenallah dia akan awal dan akhir, pangkal dan akibat. Orang beginilah yang patut disebut berakal. Adalah dia dalam kaumnya mengarah-arahi (dalam kehidupan bermasyarakat seorang berakal senantiasa membimbing siapa pun agar tak tergelincir berbuat salah), Nabi di dalam umatnya, menjadi pilihan Tuhan buat mengirit merentangkan (mengarahkan sesuai dengan agama), berjalan di barisan muka. Maka mengalirlah dari sumber ketangkasannya dan dari kecerdikan akalnya serta lautan ilmunya, segala perkara yang dapat ditiru diteladan, dijadikan pedoman di dalam tujuan hidup.”
Maka orang berakal demikian adalah orang yang telah mendapat inayat/inayah dari Allah. Barangsiapa yang mendapat inayat/inayah demikian lebih kaya dia daripada milyuner. Sebab dari batinnya memancar cahaya hidayah Rabbaniyah. Hatinya penuh dengan kebijaksanaan, sangkanya baik, pengharapannya besar. Orang lain hanya menilik seseuatu dari kulitnya sedang dia sampai ke dalam isinya. Sukar dia tergelincir dengan sengaja.
Menurut pendapat-pendapat Ahli-Ahli Ilmu Jiwa, akal bukanlah suatu sifat yang berdiri sendiri, tetapi lebih daripada tiga sifat jiwa, yaitu pikiran, kemauan, dan perasaan (al-wijdaan, al-fikr, al-iradah): rasa, periksa dan karsa.
Panca indra yang lima adalah alat-alat untuk menangkap segala sesuatu yang maujud untuk dimasukkan ke dalam pikiran. Timbulnya pikiran diikuti oleh kemauan hendak menyelidiki, dan perasaan yang timbul baik senang atau sakit, gembira atau sedih ketika melihatnya, semuanya menimbulkan pengetahuan atas yang dilihat itu. Maka itulah yang bernama akal. Ketiga-tiganya itu bekerja sama menghadapi soal-soal yang tengah dihadapi, lantaran dibawa oleh panca indra itu.
Misalnya seseorang yang tengah berjalan di suatu tempat yang sepi, alam kelihatan indah, maka timbullah padanya perasaan, adakalanya hati-iba melihat keindahan, ketakjuban dan kesepian karena tidak ada teman seorang jua. Melihat keindahan itu, timbullah kemauannya (iradah) hendak mengetahui sebab dan musabab daripada segala keindahan itu, maka mulailah bergerak jalan pikirannya. Kumpulan kerjasama ketiganya itu bernama akal. Di sana timbullah ma’ rifah (pengetahuan). Kian lama orang hidup, kian berasalah ia akan soal-soal yang akan memperluas pikiran, memperteguh kemauan dan mendorong untuk menggunakan pikiran.
Di tiap-tiap manusia tidaklah sama kuat atau lemahnya ketiga sifat itu. Tetapi, tidak pula ada orang yang hanya ada padanya salah satu saja. Ada orang yang amat halus perasaannya, sehingga dia menjadi seorang ahli seni ternama. Tetapi di dalam menciptakan seninya, selalu dipakainya juga pikiran dan kemauan. Ada failasuf yang amat dalam pikirannya, tetapi di dalam menciptakan pikiran yang besar itu,dia tidak dapat melepaskan alat kemauan dan dan perasaan dirinya. Dan ada pula seorang kepala perang yang keras kemauan, atau seorang ahli negara yang mempunyai kemauan teguh hendak memerdekakan negaranya daripada penjajahan asing, tetapi kemauan yang keras yang itu, asal mulanya adalah karena ditekan oleh perasaan sedih melihat nasib bangsanya, atau murka melihat kezaliman penjajahan asing, lalu dipergunakan segenap pikirannya untuk mencapai kemauannya itu.
Pengetahuan tentang susunan syair dan roman yang indah dari seorang pujangga, adalah hasil dari rasa keindahan yang disokong oleh pikiran dan perasaan yang halus. Pengetahuan tentang satu pikiran filsafat yang tinggi, adalah hasil suatu pikiran yang besar, disokong oleh perasaan dan pikiran. Dan ilmu peperangan dan perjuangan adalah hasil daripada kemauan yang teguh, disokong oleh pikiran yang sehat dan perasaan yang mendesak.
Kadang-kadang ada juga ahli ilmu jiwa yang mengatakan bahwa yang pertama sekali , bukanlah pikiran, melainkan pengetahuan. Pengetahuan itu datang lebih dulu setelah di ” import ” oleh kelima panca indra ke dalam diri.Tetapi pengetahuan (ma’rifah) pada rasa kita tidaklah mungkin (sebagaimana yang kita tahu), sebelum pikiran berjalan. Sebab kerapkali meskipun mata kita mengembang luas dan telinga kita mendengar nyaring, karena perhatian kita tidak terhadap ke sana (syu’ur), maka tidaklah ada pengetahuan kita tentangnya (saat kita tidak berkonsentrasi, sekalipun penglihatan mata jelas dan pendengaran telinga tajam, biasanya kita luput memahami soal yang kita sedang selidiki). Seorang yang berjalan seorang diri tengah memikirkan suatu soal dengan sangat tekun, tidaklah dia sadar seketika ditegur (disapa) orang yang bertemu di jalan. Sudah melangkah jauh, baru dia sadar kembali setelah pikirannya terhadap kepada siapa yang menyapanya (ia tersadar setelah pikiran mulai berkonsentrasi pada orang yang sebelumnya menegur, bertanya-tanya siapa yang menyapa dirinya barusan itu.).
Inilah rahasia akal, menurut pendapat ahli-ahli ilmu jiwa zaman sekarang.
Minggu, 03 Juni 2012
Serikat Buruh / Serikat Pekerja di Indonesia
Sebuah Potret Pasca Reformasi
SECARA
legal, tonggak reformasi di arena politik perburuhan di Indonesia,
dimulai dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 5 tahun
1998, tentang pendaftaran serikat buruh. Ini sekaligus mengakhiri era
serikat buruh tunggal yang dikuasai FSPSI (Federasi Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia).
Data resmi terakhir menyebutkan, per Juni tahun 2007, tercatat ada 3
konfederasi (KSPSI/Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia,
KSBSI/Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia, KSPI/Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia), 86 federasi, dan belasan ribu SB/SP tingkat
pabrik. Dari ketiga konfederasi tersebut, KSPSI merupakan konfederasi
serikat terbesar yang menyatakan memiliki 16 federasi dan lebih dari
empat juta orang anggota. Posisi kedua ditempati KSPI dengan 11 federasi
dan anggota lebih dari dua juta orang, serta KSBSI dengan anggota
mencapai hampir dua juta orang di posisi ketiga. Sementara itu, data
tahun 2002 yang dikeluarkan FES menunjukkan, jumlah populasi serikat
buruh tersebut berada dalam situasi di mana jumlah anggota serikat
mencapai lebih dari delapan juta orang dan tingkat unionisasi sebesar
sembilan persen dari total angkatan kerja atau 25 persen dari total
angkatan kerja di sektor formal. Data verifikasi terakhir yang dilakukan
Depnakertrans untuk tahun 2006 menunjukkan, KSPSI tetap merupakan
konfederasi terbesar dengan 16 federasi serikat pekerja, meskipun,
seperti juga kedua konfederasi yang lain, mengalami penurunan jumlah
anggota yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Serikat pekerja/serikat buruh di Indonesia secara umum memiliki tiga ciri pokok. Ciri pertama, adalah pada sifatnya yang rentan terhadap perpecahan; kedua, adalah perbedaan orientasi serikat; dan ketiga, sifatnya yang eksklusif. Ciri-ciri tersebut dijelaskan lebih jauh di bawah ini.
Kategorisasi Serikat
Asal-muasal serikat menunjukkan kerentanan dan kurangnya keterampilan
berorganisasi di kalangan serikat pekerja/serikat buruh, yang
menyebabkan pecahnya serikat dan pemisahan diri sekelompok orang untuk
membentuk organisasi serikat pekerja/serikat buruh baru. Munculnya
serikat-serikat baru dengan nama yang sama dengan dibubuhi kata
‘reformasi’ atau ‘baru’ di belakangnya, antara lain membuktikan
kerentanan tersebut.
Mengacu pada sejarah SB/SP masa Orde Baru, serikat-serikat buruh yang
ada saat ini dapat digolongkan setidaknya menjadi tiga kelompok besar
yakni, kelompok SPSI, kelompok eks-SPSI, dan kelompok non-SPSI.
Kelompok eks-SPSI adalah serikat sektoral yang memisahkan diri dari
SPSI, sementara kelompok non-SPSI adalah serikat yang samasekali tidak
memiliki keterkaitan dengan atau independen dari SPSI. Kelompok
non-SPSI ini juga dapat dikelompokkan setidaknya dalam dua kategori
yakni, kelompok serikat di masa Orde Lama yang muncul kembali dan SB/SP
yang sama sekali baru. Serikat buruh baru kategori terakhir ini selain
muncul dengan basis buruh sektor industri manufaktur, juga muncul di
sektor jasa antara lain keuangan, pariwisata, dan jurnalistik. Dasar
kategorisasi tersebut tergambarkan dengan jelas dalam pohon silsilah
asal mula serikat buruh. Sebagian besar SB/SP yang berdiri, secara
institusional maupun individual, memiliki keterkaitan dengan SPSI. Ini
menjelaskan mengapa di serikat-serikat pekerja pecahan SPSI, hampir
tidak ada pendekatan pengorganisasian dan strategi baru yang berbeda
dari SPSI.
Pohon silsilah juga menunjukkan, perpecahan serikat tidak hanya
melanda SPSI, tetapi juga serikat-serikat eks-SPSI dan non-SPSI.
Perbedaan-perbedaan yang sifatnya pragmatis--dalam arti lebih
disebabkan oleh hal-hal praktis daripada hal-hal prinsip—lebih mewarnai
sebab perpecahan serikat (lihat juga Hadiz 2005). Pada umumnya
perpecahan diikuti oleh perebutan atau pembagian anggota. Ada kalanya
anggota bahkan tidak tahu bahwa di tingkat nasional serikatnya sudah
pecah. Keputusan anggota untuk bergabung di salah satu serikat yang
pecah lebih didasari oleh kedekatan personal dengan para pengurus
dibanding hal-hal yang bersifat prinsip organisasi.
Eksklusivisme adalah ciri ketiga SB/SP. Ada dua jenis eksklusivisme di
sini: antara SB/SP dengan kelompok masyarakat lain dan di antara
serikat sendiri. Arena dan agenda perjuangan serikat sangat terbatas
pada isu-isu hubungan kerja di dalam pabrik, sementara dinamika
sosial-ekonomi-politik di luar dinding pabrik luput dari perhatian
(lihat AKATIGA-TURC-LABSOSIO, 2006). Tuntutan-tuntutan dalam aksi buruh
juga tidak menarik bagi kelompok-kelompok masyarakat lain untuk
mendukung dan memperluas dukungan terhadap perjuangan buruh. Hubungan
dan aliansi SB/SP dengan kelompok masyarakat lainnya seperti kelompok
tani, nelayan, dan lain-lain sangat terbatas. Kalaupun terjadi aliansi
dengan kelompok-kelompok miskin lainnya, aliansi tersebut sifatnya di
permukaan saja dan bukan merupakan strategi yang permanen dan melekat
dalam keseluruhan strategi perjuangan mereka. Eksklusivisme juga melanda
hubungan di antara sesama serikat, yang disebabkan oleh perebutan
pengaruh dan pengakuan terhadap eksistensi mereka. Situasi itu selain
menjadi bibit perpecahan, juga menyebabkan soliditas gerakan serikat
pekerja/serikat buruh menjadi rentan.
Pergeseran politik keserikatburuhan yang cukup penting tersebut,
terjadi dalam kerangka sistem hubungan industrial di Indonesia yang
tidak berubah yakni, Hubungan Industrial Pancasila. HIP berfilosofikan
hubungan perburuhan atau hubungan buruh-majikan atau hubungan
industrial yang serba harmonis, di mana posisi buruh dan majikan adalah
setara dan keduanya memiliki kepentingan yang sama serta di mana
negara berperan untuk mengayomi keduanya (lihat juga Hadiz 1997;
Manning 1998; Ford 2001). Meskipun istilah ini makin jarang terdengar
tetapi, secara prinsip konsep ini masih mendominasi para aktor hubungan
industrial. Meskipun demikian, dalam praktik untuk mengakomodasi
tuntutan modal global dalam kerangka persaingan antar negara dalam
merebut investasi, pendulum keberpihakan negara lebih sering bergerak
ke arah majikan. Berbagai kebijakan yang melonggarkan ruang gerak
pengusaha diciptakan, yang membawa implikasi langsung pada meningkatnya
tantangan bagi pengorganisasian buruh.
Dimulainya era kebebasan berserikat, sangat bertolak belakang dengan
situasi ketenagakerjaan di Indonesia. Krisis ekonomi telah meledakkan
angka pengangguran, karena bergugurannya unit-unit usaha yang
mengandalkan mata uang dollar AS dalam transaksi input-output
produksinya. Pabrik-pabrik tutup meninggalkan barisan penganggur baru
yang adalah anggota serikat buruh. Penting dicatat, sebelum krisis
maupun setelahnya, serikat buruh di Indonesia didominasi oleh buruh
kerah biru atau buruh pabrik. Ketika krisis melanda, barulah
bermunculan serikat-serikat buruh di kalangan buruh kerah putih
terutama, buruh sektor perbankan dan keuangan serta pariwisata. Para
penganggur tersebut praktis menanggalkan keanggotaannya dari organisasi
serikat buruh. Ini berarti populasi anggota serikat buruh berkurang.
Pada saat yang sama, dengan persyaratan minimum anggota yang sangat
mudah dipenuhi (10 orang sudah dapat mendirikan serikat buruh), muncul
serikat-serikat buruh baru.
Makna Kebebasan Berserikat
Implikasi yang muncul dari kondisi obyektif ketenagakerjaan tersebut
adalah terjadinya konflik di antara serikat, karena memperebutkan
anggota. Konflik ini rupanya sudah diantisipasi oleh negara, baik di
dalam UU SP/SB no. 21 tahun 2000 maupun dalam UU Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan no.04 tahun 2004, yang membuat kategorisasi
konflik dengan menyebut konflik antar serikat sebagai salah satu
kategorinya.
Situasi yang kontradiktif tersebut menimbulkan pertanyaan, apa makna
kebebasan berserikat ketika, kondisi objektif ketenagakerjaan di
Indonesia sangat tidak mendukung lahirnya serikat buruh yang kuat?
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana para elite serikat buruh baru membaca
kondisi objektif tersebut dan apa motif utama melahirkan
serikat-serikat buruh baru? Pertanyaan pertama mudah dijelaskan dalam
kerangka arus besar proses demokratisasi dan tata pergaulan
internasional. Reformasi yang terjadi di Indonesia, merupakan lambang
ditinggalkannya sistem pemerintahan yang otoriter dan dimulainya
pemerintahan yang demokratis. Berbagai instrumen demokrasi
diselenggarakan termasuk, kebebasan mendirikan dan menjalankan kegiatan
SB/SP (Tornquist 2007).
Jawaban terhadap pertanyaan kedua adalah sebuah konsensus dan
konsekuensi logis dari dibukanya sumbat kebutuhan berorganisasi:
manifestasi keinginan berorganisasi dan sebuah euphoria, sebuah
perayaan dari keinginan yang terpendam. Hasilnya, hampir sepuluh tahun
masa kebebasan berorganisasi, serikat-serikat pekerja/buruh tumbuh dan
layu atau tumbuh dan berkembang. Mereka yang layu sebelum berkembang
adalah mereka yang sekedar ikut perayaan dan mencoba menggunakan
kesempatan yang ada.
Tantangan Serikat
Tidak ada SB/SP yang bisa mengelak dari tantangan tersebut. Pada saat yang sama, kreativitas, inovasi pengorganisasian, dan tindakan kolektif adalah kebutuhan yang tak bisa lagi ditunda. Hanya melalui aksi kolektif yang terorganisasi secara rapi dan sistematislah, agenda SB/SP untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan pekerja/buruh akan lebih mudah dilakukan dan dicapai.
dikutip dari Indrasari Tjandraningsih
Surat dari Che Guevara, untuk kawan-kawan muda
Andaikan aku masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan kubantu para buruh bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan kutemani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari kian mahal. Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu.
Kalau aku
boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama
kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan,
puisi, buku, apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat,
pekikan suara, dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput
tapi buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku
untuk tidak mudah percaya pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku
untuk tidak terlalu yakin dengan janji. Aku sudah hapal mana tabiat
srigala dan mana watak kelinci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau
bisa meyakini, kalau kekuasaan hanya bisa bertahan selama kita
mematuhinnya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar
ketakutan. Dan aku sejak dulu dididik untuk selalu sangsi dan curiga
pada penguasa!
Kalau aku bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin berjalan dengan
kalian. Menonton orang-orang pandai berdebat di muka televisi atau
aktivis yang melacurkan keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang
pandai yang berbohong dengan ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat
orang percaya bahwa si miskin makin hari makin berkurang. Menonton
aktivis senior yang kini juga berebut untuk duduk jadi penguasa.
Katanya: di dalam kekuasaan tidak ada suara rakyat maka kita mengisinya.
Aku bilang, itulah para pembual yang yakin jika perubahan bisa muncul
karena kita duduk di belakang meja. Demokrasi acapkali berangkat dari
dalil yang naif seperti itu. Aku sayangnya tak lagi bisa memilih, untuk
berdiri dan berbincang dengan kalian semua.Anak muda, aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Hutan melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup!
Keberanian itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan membuatku selalu awas dengan ketenangan, kedamaian, dan cicit suara burung. Hutan melatihku untuk sensitif pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat oleh kedudukan, pengaruh, dan ketenaran. Kedudukan yang tinggi akan membuatmu seperti manusia yang diatur oleh mesin. Kutinggalkan jabatan menteri karena hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak, yang bergerak kalau disuruh. Apalagi ketenaran hanya akan mendorongmu untuk selalu ingin menyenangkan semua orang, membuat lumpuh energi perlawananmu. Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman.
Rasa nyaman yang kini kusaksikan di sekelilingmu. Anak-anak muda yang puas menjadi pekerja upahan sambil menyita tanah sesamanya. Ada anak muda yang duduk di parleen malah minta tambahan gaji! Anak muda yang lain dengan tenaganya menyumbangkan diri untuk menjadi preman bagi kekuasaan bandit. Bahkan pendidikan hukum mereka gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin. Anak-anak muda yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan. Mereka hidup karena ada kemiskinan, keculasan kekuasaan, dan lindungan proyek lembaga donor. Aku enggan untuk berjumpa dengan anak muda yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan, dan kelincahan berdebat. Aku ragu apakah mereka mampu serta sanggup untuk melawan arus.
Arus itulah yang kini menenggelamkan nyali kita semua. Murah sekali harga seorang aktivis yang dulu lantang melawan, tapi kini duduk empuk jadi penguasa. Murah sekali harga idealisme seorang ilmuwan yang mau menyajikan data bohong tentang kemiskinan. Murah sekali harga seorang penyair yang mau rame-rame mendukung pencabutan subsidi. Aku gusar memandang negerimu, yang tidak lagi punya ksatria pemberani. Seorang kstaria yang mau hidup dalam kesunyian dan dengan gagah meneriakkan perlawanan. Tulisan adalah senjata sekaligus bujukan yang bisa menghanyutkan kesadaran perlawanan. Kau harus berani mempertahankan nyalimu untuk selalu bertanya pada kemapanan, kelaziman, dan segala bentuk pidato yang disuarakan oleh para penguasa.
Yang kauhadapi sekarang ini adalah sistem yang kuncinya tidak terletak pada satu orang. Kau berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang bagaimana jadi budak yang baik. Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri yang bosan hidup berjuang tanpa uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut kau pilih, tetapi kini tambah membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat. Kau perlahan-lahan jadi orang yang hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu untuk merubah. Kau kemudian percaya kalau pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dan dukungan logisistik yang mencukupi. Kau diam-diam tak lagi percaya dengan revolusi. Kau yakin perubahan bisa berjalan kalau dijalankan dengan berangsur-angsur dan membuat jaringan. Gerakanmu lama-lama mirip dengan bisnis MLM.
Saudaraku yang baik! Hukum perubahan sosial sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantera: lawan! Lawanlah dirimu sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan sosial yang hanya cocok untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini disibukkan oleh riset dan penelitian yang sepele. Kemiskinan tak usah lagi dicari penyebabnya tapi cari sistem apa yang harus bertanggung jawab. Ajak pikiranmu untuk membaca kembali apa yang dulu kukerjakan dan apa yang sekarang dikerjakan oleh gerakan sosial di berbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu bukan dengan LSM, tapi bersama-sama orang miskin untuk bekerja membuat sistem produksi. Tak ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali dua hal: bekerja untuk melawan penindasan dan melatih dirinya untuk selalu melawan kemapanan.
RUMAH DITEPI LAUT
aku tahu, ya aku tahu..!!
jika aku keluar, sungai menelanku..
inilah takdirku, hari ini aku pasti mati..!!
tapi tidak, kekuatan jiwa kan mengatasi segalanya
ada beribu rintangan, ku akui itu
tak kan ku keluar
jika harus mati, biarlah terjadi di gua ini...
peluru, apakah yang dapat ia lakukan
jika takdirku adalah mati tenggelam..??
tapi, kan kukalahkan takdir itu
kekuatan jiwa kan mengalahkannya..
mati..?? tentu saja..!!
tapi di tembusi peluru, di robek banyonet..??
TIDAK..!!
tenggelam, tidak..!!
kenangan kan mencatat namaku abadi
aku melawan..!!!
aku mati melawan..!!
di tulis pada 17 januari 1947
saat ia berumur 18 tahun
Ernesto”Che” Guevara
Soekarno Bukan Mitos Tapi Pemikiran...!!!
Salah satu kesalahan terbesar Sukarno adalah ia terlalu tebar pesona, terlalu punya daya tarik kharismatis, sehingga jutaan orang hanya melihat personifikasi Sukarno, bukan alam pikiran Sukarno. Tebar pesona Sukarno inilah yang kemudian melahirkan mitos-mitos omong kosong.
Padahal alam pikiran Sukarno, adalah alam pikiran puncaknya manusia Indonesia baru, ia mampu menjangkau masa depan peta ekonomi politik dunia dengan analisa Geopolitiknya, ia bisa membangun strategi dasar pengembangan manusia secara rinci lewat tatanan yang disebut ideologi Pancasila yang bila ditelaah Pancasila adalah sebuah rangkaian step by step tentang sejarah perkembangan pendewasaan pikiran dan hati manusia yang dikorelasikan dengan perkembangan sejarah masyarakat, ketika Marx hanya berpusar pada sejarah masyarakat dan letak inti sejarah masyarakat, Sukarno lebih dalam lagi ia masuk ke dalam alam manusia dan bagaimana manusia bereaksi terhadap sejarah masyarakat, karena kepandaian menganatomi itulah Sukarno dengan pandai menggerakkan arah sejarah dunia, bahkan JF Kennedy secara terang-terangan mengaku di depan kabinetnya bahwa dia berguru pada Sukarno dan menggebrak meja pada CIA yang ingin mengerjai Sukarno, di bawah pengaruh Sukarno pula Kennedy mendirikan Peace Corps sebagai cikal bakal gerakan perdamaian yang digerakkan pemuda Internasional. Salah seorang anggota Peace Corps adalah Bill Clinton salah seorang yang nantinya jadi Presiden Amerika Serikat.
Bung Karno juga memberikan sodoran tentang pergolakan sejarah yang menuju pada ekonomi Asia Pasifik. Bagi Sukarno, ini ia tulis di tahun 1930-an dalam surat kabar di Bandung, dengan nama samaran Bima. "Bahwa Asia-Pasifik akan jadi pusat-nya dunia, perang lautan teduh adalah babak pembuka Kemerdekaan Asia Raya. Kelak Eropa hanya jadi benua tua yang sakit-sakitan sementara Asia Pasifik akan tumbuh bak gadis molek yang menghantui setiap pikiran lelaki" disini Sukarno sudah meletakkan pandangan geopolitiknya yang amat menjangkau masa depan. Terbukti sekarang Asia Pasifik jadi rebutan antara Amerika Serikat dan Cina, dan perang beneran kemungkinan akan meletus karena Cina sudah memperkuat armadanya di laut Nanyang (Laut Selatan Cina) sementara Amerika Serikat sudah membuka armada siap tempur di Darwin Australia.
Padahal Bung Karno sudah mempersiapkan Indonesia menjadi negara dengan kekuatan armada laut terbesar di Asia Pasifik, ia akan menjadikan Biak sebagai "Armada Laut tanpa tanding" di Asia Pasifik itu obsesi utama Bung Karno, karena obsesi inilah KKO di Indonesia menganggap Sukarno seperti separuh dewa, banyak orang KKO yang bertaruh mati membela Sukarno saat Bung Karno ditikam Harto di tahun 1966-an termasuk Letjen KKo Hartono yang mati misterius dan namanya kini menjadi nama jalan utama di Markas Marinir Indonesia di Cilandak Jakarta Selatan. Atau dua serdadu KKO yang digantung Lee Kuan Yew di Singapura, rela digantung demi keagungan nama bangsanya di depan dunia Internasional.
Bung Karno juga adalah pioneer terhadap perkembangan pemikiran revolusi di Amerika Latin. Mustahil bagi Castro berani memberontak tanpa membaca sejarah pembebasan negara-negara kolonial tanpa membaca apa yang terjadi di Asia. Castro membaca pergerakan kemerdekaan di Indonesia saat ia bersekolah di New York tahun 1947, kepindahan Castro ke New York karena ia menghindari kejaran orang-orang Rafael Trujillo dari Dominika karena Castro berusaha menggulingkan klan Trujillo dari Dominika. Di New York ia hanya menghabiskan waktu membaca buku-buku dan jurnal politik, salah satu yang menjadi minatnya setiap kali ke perpustakaan New York adalah membaca jurnal yang dibuat ahli riset Cornell tentang berita perkembangan revolusi di Indonesia, Castro dengan mata kepalanya sendiri melihat demonstrasi di selasar pertokoan New York kaum buruh Amerika berdemo menuntut kemerdekaan Indonesia.
Suatu saat Castro membeli majalah LIFE dan membaca profil Sukarno, disini ia kemudian terobsesi pada Sukarno. Sama seperti Sukarno, Castro bisa berjam-jam lamanya pidato. "Anda-lah yang membuka mata kepala saya tentang arti Revolusi, tentang bagaimana dunia bergerak menuju pembebasan manusia, anda-lah orang yang dari jauh mengajari saya bagaimana memimpin manusia untuk sadar akan pembebasan dirinya" kata Castro di tahun 1960 saat Bung Karno mengunjungi Kuba.
Pada tahun 1961 JF Kennedy mengalami kesalahan fatal karena mengikuti nasihat politik orang-nya Eisenshower yang kepala batu soal Kominis, mereka menyarankan Kennedy mempersenjatai Imigran Kuba dengan senjata lengkap dan dibantu pasukan khusus Amerika Serikat. Gerakan itu diberi kode namanya 'Operation Mongoose' atau kemudian dikenal sebagai 'Invasi Teluk Babi'. Gerakan ini dirancang sangat rapi, tapi entah kenapa salah seorang petinggi militer salah ucap sehingga seorang wartawan AS menulis sebuah artikel yang memuat kemungkinan rencana serangan itu. Castro membaca dan mengantisipasinya. Operasi Teluk Babi adalah operasi kegagalan militer yang amat memalukan, untuk ngilangin malu Kennedy mempersiapkan misil-nya di Turki dan mengarahkan ke Sovjet Uni. Kesal dengan tindakan AS itu, Moskow mengirimkan beberapa puluh rudal berhulu nuklir ke Kuba dan mengarahkannya ke Amerika Serikat. Tak banyak yang tau bahwa yang repot disini adalah orang Indonesia bernama Subandrio yang saat itu bertugas Menteri Luar Negeri merangkap sebagai Waperdam, Sukarno memerintahkan Bandrio untuk membuka saluran telpon langsung baik ke Khruschev, Castro dan Kennedy. Lobi-lobi Sukarno ini sedikit banyak meredam konflik misil nuklir yang dipasang di Turki dan Kuba. Tapi ini yang dikerjakan Sukarno sangat rahasia, karena baik Sovjet Uni maupun Amerika Serikat hanya menarik senjata misil bukan menghentikan konflik, tapi tanpa pengaruh Sukarno maka rakyat seluruh dunia akan bersembunyi di bunker-bunker baja, peradaban dunia hancur total, mungkin banyak orang yang berusia lanjut masih mengingat tentang krisis nuklir itu.
Kennedy berterima kasih pada Sukarno, dan menjadi sahabat Sukarno paling dekat. Pikiran-pikiran Sukarno tentang Internasionalisme diterjemahkan dengan menitikberatkan aspek kemanusiaan, lalu sejak itu pandangan Partai Demokrat selalu berbasis pada soal kemanusiaan, HAM dan kebebasan manusia beda dengan Partai Republik yang cenderung berpandangan politik konservatif.
Inilah secuplik pikiran raksasa Sukarno dan pengaruhnya bagi dunia Internasional, perkara Sukarno senang main perempuan, senang bernyanyi walaupun suaranya sember, mampu berpidato dan membuat jutaan orang mematung mendengarkan pidatonya dalam panas dan hujan, atau seluruh kota dan kampung sepi menunggu pidato Sukarno itu adalah soal lain, soal pesona dan banyak orang Indonesia hanya terjebak pada pesona Sukarno saja, lalu menjadikan Sukarno dewa tanpa isi, menjadikan Sukarno sejarah tanpa pemikiran, tapi hanya puja dan puji yang tak jelas. Begitu juga mereka yang berpikiran kecil, yang tak pernah sekalipun membaca detil pemikiran Sukarno, membaca dialektika dunia saat itu, zeitgeist dunia saat itu, hanya terjebak pada personifikasi Sukarno dengan komentar amat rendahan. Mencaci maki Sukarno sebatas fisik dan prasangka akan kediktatorannya.
Padahal untuk membaca tokoh sejarah, pertama-tama harus membaca alam pikirannya, lalu alam tindakan. Tanpa kedua itu kita terjebak pada alam personifikasi, seperti hal-nya kita hanya menyukai senyum Suharto tanpa melihat substansi kekuasaan Suharto, melihat gairah Bung Karno yang doyan perempuan tanpa melihat substansi arah kekuasaa Sukarno, melihat tangis SBY tanpa melihat substansi kekuasaan SBY arahnya kemana.
Ketika kita berpikiran kecil dan dungu, maka kita hanya senang melihat lukisan Sukarno yang jantungnya berdegup-degup di Blitar, sampai ribuan orang mengantri untuk melihat lukisan itu, ketimbang di sekolah-sekolah dan fakultas-fakultas politik, ekonomi, Sosial dan Budaya membuat kurikulum tersendiri soal "Pemikiran Sukarno".
Sudah saatnya generasi muda dikenalkan pemikiran Sukarno, bukan mitos Sukarno. Karena pemikiran Sukarno adalah yang menggerakkan sejarah seperti Castro menumbangkan Batista, ataupun Kennedy membentuk Peace Corps ketimbang Mitos Sukarno yang hanya memenuhi ruangan dengan dupa, asap menyan dan lukisan Sukarno setinggi dua meter.
Sukarno bukan Mitos, tapi Pemikiran...!!!
dikutip dari ANTON DH NUGRAHANTO
S.O.S (save our soul)
S.O.S (save our soul)
Bondan & Fade 2 Black
are you ready for changes??(wake up everyone!!)
Prepare your self!
terhimpit pelik strata kasta manusia
masih terjepit lingkungan hitam membuai mata
mereka masuk, melesat, menyebar
dari akar sisa generasi yang tersebar
entah kemana kan ku bawa diriku pergi
karena ku terjebak dalam sistem industri
lahir, sekolah, bekerja, mati
sistem hidupku berpatok pada materi
Oy..kobarkanlah api perjuangan
siapa kuat, tancapkan kaki dialah yang bertahan
jangan mundurkan jengkal langkahmu hey, kawan
bersiaplah tuk suatu fase perubahan
Wake up everyone, coz now it's time to face the revolution
SAVE OUR SOUL..we need a new word
SAVE OUR SOUL..ready for changes
SAVE OUR SOUL..
Prepare your self for (REVOLUTION) 2X
ready for everything, It's a MUST!
ready for fighting, It's a MUST!
prepare for something..something to prepare
Whole in da wall?? just save our soul
Wake up everyone, coz now it's time to face the revolution
SAVE OUR SOUL..we need a new word
SAVE OUR SOUL..ready for changes
SAVE OUR SOUL..
Prepare your self for (REVOLUTION) 2X
Sabtu, 02 Juni 2012
Cinta itu,,,
Cinta itu imajinasi
Cinta itu chemistry
Cinta itu dua hati
Cinta itu kata hati
Cinta itu nurani
Cinta itu magic
Cinta itu yg terbaik
Cinta itu memory
Cinta itu lagu
Cinta itu puisi
Cinta itu tak tergambarkan
Cinta itu memberi
Cinta itu toler ansi
Cinta itu kamu aku
Cinta itu rasa
Cinta itu dalam
Cinta itu didada
Cinta itu jiwa
Cinta itu percaya
Cinta itu setia
Cinta itu ada
Cinta itu air
Cinta itu uda ra
Cinta itu berkorban
Cinta itu keyakinan
Cinta itu kem uliaan
Cinta itu agung
Cinta itu Tuhan.
Cinta itu chemistry
Cinta itu dua hati
Cinta itu kata hati
Cinta itu nurani
Cinta itu magic
Cinta itu yg terbaik
Cinta itu memory
Cinta itu lagu
Cinta itu puisi
Cinta itu
Cinta itu memberi
Cinta itu toler
Cinta itu kamu aku
Cinta itu rasa
Cinta itu dalam
Cinta itu didada
Cinta itu jiwa
Cinta itu percaya
Cinta itu setia
Cinta itu ada
Cinta itu air
Cinta itu uda
Cinta itu berkorban
Cinta itu keyakinan
Cinta itu kem
Cinta itu agung
Cinta itu Tuhan.
Tuhan Sembilan Senti
Tuhan Sembilan Senti
Oleh: Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.
Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
Oleh: Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.
Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
Islam my way of life
Ucapan yang paling berbobot adalah Allah swt
Kidung terindah adalah Adzan
Aksara Terbaik adalah rangkaian ayat di Al Qur'an
Gerak paling menyehatkan adalah Shalat
Kebersihan paling menyegarkan adalah Wudhu
Perjalanan terindah adalah Naik Haji dan mendapatkan berkah dari Allah swt
Renungan terbaik adalah ketika engkau mengingat dosamu
Diet paling sempurna adalah Puasa..............
Bersyukurlah pada Allah swt karena dalam Islam kita didisiplinkan untuk menjadi manusia dan memanusiakan kemanusiaan.
Langganan:
Postingan (Atom)